Bendaini amat dicari oleh sejumlah tokoh masyarakat, mulai dari pendekar, pemimpin, hingga penguasa. Kiai maksum djauhari atau yang lebih dikenal sebagai gus maksum merupakan seorang kyai paling sakti di tanah jawa dengan kesaktian ilmu . Kiуai уang ѕatu ini ikut mengobarkan . Kyai Paling Sakti Di Tanah Jawa : 9 karomah mama aang nuh gentur
SoalDukungan Politik, Shaggydog Dapat Wejangan dari Kyai Jawa Timur. Heru Wahyono, Vokalis Shaggydog, Jumat (15/3/2019). Foto: ken. Pegiat musik ska asal Yogyakarta, Shaggydog nampak bingung dan bimbang untuk menjatuhkan dukungan politiknya menjelang Pilpres 2019 yang jatuh pada 17 April mendatang. Mengingat, kawan seperjuangan dan seprofesi
ceramahkyai nu jawa timur Kumpulan Ceramah Ramadhan 2020 ini didedikasikan untuk para khatib/penceramah Ramadhan serta masyarakat Muslim secara umum. Berharap lebih banyak lagi? Insya Allah saya akan menambahkan berjenis-jenis ceramah di bulan-bulan akan datang. Untuk sekarang, silakan simak dibawah ini.
Salahsatu Kiai yang berjuang dengan ikhlas, adalah Kiai Amin bin Irsyad, atau yang dikenal sebagai Kiai Amin Sepuh, pengasuh pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Bersama kiai-kiai pejuang lainnya, Kiai Amin menjadi tonggak perjuangan 10 Nopember 1945 di Surabaya, yang kemudian menjadi monumen sejarah Hari Pahlawan. Santri Kelana.
waila arwahi jami'il auliya wal ulama indonesi & pulau jawa, khususon ila hadroti. Øsyekh jambu karang. Øsyekh maulana malik ibrohim sunan gresik. Øsyekh maulana raden rohmat sunan ampel. Øsyekh maulana raden ainul yaqin sunan giri. Øsyekh maulana raden qosim syarifudin sunan drajat. Øsyekh maulana makdum ibrohim sunan bonang
Kyai Paling Sakti Di Tanah Jawa, Kiyai NU Dengan Ilmu Kesaktian Tinggi " Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bagaimana kabar anda saudaraku? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT,
. Já está no fimO tempo da igreja aqui na terraA bíblia diz são muitos os sinaisSe esfriou o amor que antes perdoavaA um clamor, o Espírito Santo diz SantificaiJá esta no fimÉ cumprimento da promessaJesus já vemA igreja vem buscarOs quatro cantos da terraFiéis aguardam o momento em que a trombeta soaráO Espírito Santo dizPrerara-te, desperta, oh IsraelPara encontrares com o teu DeusO teu lar te espera lá no céuO inimigo quer roubar o que é teuPrepara-te, desperta, oh IsraelPara encontrares com o teu DeusO teu lar te espera lá no céuO inimigo quer roubar o que é teuSantificai, santificaiNão renuncio o teu senhorRejeita o mundoSantificai, santificaiNão negocio o teu valorSantificai
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kebumen merupakan salah satu daerah disekian banyak Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota yang mempunyai slogan “Beriman” Bersih, Indah, Manfaat, Aman dan Nyaman ini tidak terlepas dari hakikat maupun seluk-beluk kesejarahan yang ada dalam kota ini. Sebagai pusat islamisasi di Jawa khususnya di daerah bagian Pesisir Selatan atau Laut Selatan, Kebumen pantas mendapat slogan “Beriman”. Jika di Pantai Utara Jawa satu kota atau Kabupaten yang mendapat gelar “Beriman” adalah kota Gresik. Maka di bagian Pantai Selatan, gelar itu tertancap pada Kabupaten Kebumen. Sebab, tidak dapat dipungkiri kalau kedua kota ini memang pada faktanya banyak mencetak wali-wali Allah. Hampir disetiap Kecamatan, Desa maupun Dusun, di Kebumen umumnya terdapat orang penting pada masa lalunya. Khususnya ketika Walisongo mulai menjelajahi daerah ini abad ke-XIII/XIV-an. Oleh karena itu, Kebumen pantas mendapat title baru sebagai Kota “Seribu Wali”. Islam boleh jadi sudah tersebar kepada seluruh masyarakat Kebumen bagian Selatan, terutama pada abad ke-XVI. Teori ini bisa dibuktikan dengan adanya makam-makam para penyebar agama Islam yang sangat berpengaruh kala itu. Salah satu makam yang dapat dijadikan barang bukti ini adalah makam Mbah Asnawi. Nama lengkapnya adalah Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Seorang da’i yang juga sekaligus pedagang kain dari Purworejo. Makam yang sepi akan pengunjung ini terletak di Dukun Pandean Desa Jogomertan RT 03 RW 01, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Menurut Kyai Durjani 80, salah seorang keturunan buyut dari Syekh Asnawi menuturkan bahwa, makam tersebut sudah ada sejak sekitar tahun 1600-an. Sebagai salah satu tokoh masa awal penyebar Islam di Kebumen bagian selatan tepatnya di Jogomertan, Syekh Asnawi sudah sepatutnya mendapat apresiasi yang tinggi. Andaikan beliau saja masih hidup pasti saya akan memberikan penghargaan kepadanya sebagai khalifatullah fi al-Jawi. Artinya seorang yang mendapat amanat oleh Allah SWT untuk menyebarkan agama-Nya di tanah Jawa. Ini bukan berarti saya menyamakannya dengan seorang Nabi, namun pada hakikatnya semua manusia adalah orang yang diamanatkan Allah untuk berbuat kebaikan di bumi, sebagai pemimpin di bumi khalifatullah fi al-ardhi. Diriwayatkan dari Sufiah 87 dan Mahmud 83, dua orang murid Kyai Kijam, dari Kyai Kijam dari Abdullah Alwi bin Asnawi bahwa, “sebelum matahari terbit Syekh Asnawi sudah berangkat ke Jogomertan dari Purworejo. Kemudian sesampainya di Jogomertan, beliau berjualan sandangan atau celana pendek yang biasa digunakan masyarakat untuk memanjat pohon kelapa nderes. Beliau belum akan pulang kalau belum berhasil mengislamkan berdakwah kepada masyarakat disana. Walau hanya satu orang sehari yang masuk Islam, itu sudah sangat menenangkan hati beliau”. Sungguh mulia niat dan tujuan beliau, berdagang sembari berdakwah. Tidak salah jika beliau mendapat julukan al-Karim, karena perjuangannya yang mulia tersebut. Makam Syekh Asnawi biasanya diziarahi oleh para keturunan beliau sendiri yang tinggal di Desa Jogosimo. Warga Jogomertan sendiri juga jarang yang mengunjungi makam beliau. Mungkin mereka belum tahu kalau makam yang biasa mereka lewati secara cuma-cuma itu sebenarnya makam waliyullah yang mulia, seorang embrio penyebar Islam di Kebumen Selatan Petanahan dan Klirong. Kenapa saya menyebutkan dua kecamatan tersebut? Kalau diruntut jalan ceritanya begini, jadi Syekh Asnawi mempunyai putra bernama Abdullah Alwi. Abdullah Alwi kemudian mempunyai empat putra, Hasan Musthofa dikenal dengan sebutan Kyai Topo, Husein Abdullah dikenal dengan Kyai Kusen, Mohammad Ishaq dikenal dengan Kyai Skaq dan Samhudi Kyai Kijam. Nah, dari empat saudara ini kemudian dakwah Islamiyah semakin berkembang maju di wilayah Jogomertan dan sekitarnya. Pembagian wilayah teritorial dakwah pun dilakukan oleh keempat serangkai ini. Mulai dari Kyai Husein Abdullah yang juga seorang anggota AOI, berdakwah dibagian Jogomertan Utara. Kyai Kijam, yang menurut riwayat lisan masyarakat Jogomertan merupakan seorang alim. Bisa dikatakan paling pandai akan hal ilmu agamanya dibandingan ketiga saudaranya. Ia berdakwah sekaligus mendirikan padepokan disana. Menurut cerita murid Kyai Kijam, Mohammad Mahmud 83 menuturkan bahwa, “sekitar abad ke-XX tepatnya tahun 40-an, orang-orang yang mengaji kepada Kyai Kijam tak bisa disebutkan dari mana saja asalnya. karena memang sangat banyak. Hampir seluruh orang yang berasal dari desa di Kecamatan Petanahan dan Klirong ada yang mengaji kepada belia. Dan mungkin karena keberkahan ngajinya itu, mereka para santri dapat menjadi orang yang berpengaruh di desanya masing-masing sekaligus melahirkan keturunan yang juga disegani masyarakat.” Jika melihat apa yang dikemukakan oleh salah satu murid Kyai Kijam tadi, memang ada benarnya. Satu bukti yang dapat membenarkannya adalah terbuangnya bungkus-bungkus dinamisme dan animisme yang ada dalam masyarakat Jogomertan dan sekitarnya Jogosimo, Tambak Progaten, Gebangsari, Ampelsari dan lain sebagainya. Ini tidak lain juga disebabkan karena dakwah dari Kyai Hasan Musthofa Kyai Topo dan Mohammad Ishaq Kyai Skaq kepada masyarakat Jogosimo dan sekitarnya. Kalau Kyai Topo yang bertugas membimbing masyarakat, maka lain dengan Kyai Skaq yang lebih menggunakan politik atau kekuasaan sebagai kendaraan dakwahnya. Kedua saudara dari empat saudara ini, kerja sama antara kekuasaan dengan ulama. Karena menurut riwayat yang ada, Kyai Skaq merupakan salah satu lurah generasi awal di Desa Jogosimo. Kolaborasi antara Kyai Skaq dengan Kyai Topo ini ternyata menghasilkan buah yang manis dalam penyebaran dan perkembangan Islam di wilayah Pesisir Selatan Kebumen, terutama di Kecamatan Petanahan dan Klirong. Ketika Kyai Topo berdakwah langsung kepada masyarakat Jogosimo dan sekitarnya yang waktu itu masih abangan, ia disambut dengan gembira oleh masyarakat disana. Karena selain ke-’alim-annya, ia juga seorang yang sopan, menghargai adat dan kebiasaan masyarakat. Kalau ada orang yang sakit, dengan izin Allah SWT Kyai Topo dapat menyembuhkannya. Dengan melihat karomah dan akhlak Kyai Topo yang demikian, akhirnya masyarakat sepenuhnya memeluk Islam dengan benar, jauh dari praktik kesyirikan. Sepeninggalnya Kyai Topo pada tahun 1954, dakwah Islam tidak stagnan begitu saja. Namun, anak keturunan beliau seperti KH. Abu Sufyan Musthofa dan KH. Abu Darin Musthofa adalah penerus perjuangan dakwah Kyai Topo. Jika pembaca berasal dari Kebumen, mungkin akan lebih mengenal atau minimal pernah mendengar nama dua tokoh ulama yang sangat urgen tersebut. Jasa-jasa kedua tokoh ulama akhir abad XI ini sangat signifikan. Dibangunnya Pondok Pesantren dan Madrasah bernama “Al-Huda” di Jogosimo merupakan salah satu kontribusi KH. Abu Sufyan untuk masyarakat Kebumen pada umumnya. KH. Abu Darin sebagai seorang tokoh spiritual yang juga disegani oleh masyarakat Kebumen, yang konon dapat berkomunikasi dengan Nyai Loro Kidul. Sehingga ketika ada orang yang tenggelam di Laut Selatan, maka keluarganya pasti akan sowan ke beliau untuk berkonsultasi tentang korban yang hanyut terbawa ombak ganas Pantai Selatan. Mereka percaya melalui Kyai Abu Darin, Allah SWT akan menunjukkan serta mengembalikan keluarga mereka yang meninggal akibat terbawa ombak tadi. Dan akhirnya, memang Allah melalui KH. Abu Darin menunjukkan dan mengembalikkan korban tenggelam, walaupun sudah meninggal. Karena mereka umumnya masih percaya kalau ada seseorang yang meninggal hanyut terbawa ombak Pantai Selatan, itu berkaitan erat dengan penguasa atau Ratu Pantai Selatan. Maka, dengan ini Kyai Abu Darin menjadi andalan mereka untuk mengetahui seseorang yang bermasalah dengan Pantai Selatan. Namun walaupun demikia, masyarakat tetap berkeyakinan kalau dari Allah-lah semata-mata suatu masalah dapat diketahui dan diselesaikan. Kyai Abu Darin hanyalah seorang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT untuk membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Ya, memang dari sinilah saya ingin menunjukkan kepada pembaca semuanya bahwa berkembangnya Islam sedamai dan seramai saat ini tidak terlepas dari adanya sosok Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Secara syariat atau fisik, masyarakat Jogomertan, Jogosimo, Tambakprogaten, Ampelsari, Petanahan, Klirong hingga Kebumen tidak akan memeluk ajaran Islam kalau tidak ada Syekh Asnawi. Namun, Tuhan telah berkata demikian. Dia telah menakdirkan dan telah mengirimkan ratu adil kepada masyarakat tersebut sebagai khalifatullah fi al-jawi. Sehingga Islam di Kebumen bagian Selatan dapat berkembang baik sesuai dengan yang di inginkan agama. Lihat Humaniora Selengkapnya
Surabaya - Banyak cerita rakyat Jawa Timur yang menarik untuk disimak. Ini juga bisa untuk menambah wawasan soal Jawa 9 cerita rakyat Jawa Timur yang sangat terkenal dan meleganda1. Asal Usul Nama SurabayaCerita rakyat Jawa Timur ini soal nama Surabaya yang berasal dari legenda terkenal yaitu Sura dan Baya. Sura sendiri merupakan ikan hiu, dan baya adalah buaya. Setiap hari kedua hewan itu selalu bertarung memperebutkan daerah kekuasaan. Hingga pada akhirnya mereka lelah, Sura memberikan pilihan kepada Baya, jika daerah laut menjadi kekuasaannya dan daratan menjadi milik baya. Pada akhirnya, baya setuju dan lambat laun sura sendiri mengkhianati pilihan yang dia buat sendiri. Pertengkaran pun terjadi lagi sehingga banyak warga yang tahu. Dengan begitu, mereka akhirnya memberi nama daerah ini menjadi Surabaya. 2. Kisah Cindelaras dan Ayam SaktinyaDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan seorang anak Bernama Cindelaras, tinggal di hutan Bersama ibunya. Ibunya permaisuri yang diusir dan difitnah telah meracuni Selir dan Tabib di Kerajaan Jenggala. Dikarenakan sang selir iri karena hanya dianggap sebagai seorang selir. Sang raja memerintahkan prajuritnya mengusir sang permaisuri tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sang permaisuri diusir dalam kondisi hamil dan melahirkan di hutan. Ia tinggal di hutan bersama seekor ayam dan juga anaknya bernama Cindelaras. Suatu hari Cindelaras berniat bertemu dengan ayahnya dan menantang untuk melakukan adu ayam. Singkat cerita, Cindelaras menang dan sang raja mengakui Cindelaras sebagai putranya. Cindelaras pun menceritakan kebenaran yang terjadi pada ibunya. Pada akhirnya, sang raja mengusir selirnya dan membawa pulang Cindelaras beserta ibunya ke Keong MasCerita rakyat Jawa Timur ini tidak asing bagi anak kecil. Legenda yang menceritakan seorang putri bernama Candra Kirana yang dikutuk menjadi keong saudaranya sendiri. Yakni Dewi Galuh yang iri dengan Candra Kirana yang dilamar Pangeran Tampan bernama Raden Inu Kertapati. Singkatnya, setelah Candra Kirana berubah menjadi keong dan dihanyutkan di sungai oleh keluarganya, dia ditemukan nenek yang mencari ikan di sungai. Setelah kehadiran keong mas di rumah, sang nenek merasa diberkahi dan bisa menikmati makanan enak setiap hari. Pangeran yang curiga dan mencoba mencari Candra Kirana akhirnya menemukan dan akhirnya kutukan Candra Kirana hilang. 4. Kisah Jaka Tarub dan Nawang WulanDulu, hiduplah seorang pemuda Bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub tinggal di hutan, dan setiap harinya dia pergi mencari kayu untuk memenuhi kebutuhan. Suatu hari, Jaka Tarub pergi ke hutan untuk mencari kayu. Pada saat sedang mencari kayu, ia mendengar suara air terjun dan banyak suara gadis. Jaka Tarub mengikuti asal suara itu karena penasaran dan ia terkejut melihat banyak perempuan cantik sedang mandi. Ia pun terpesona dengan kecantikan yang dimiliki perempuan-perempuan tersebut. Kemudian, perempuan itu mengambil selendang miliknya dan terbang ke langit. Hari berikutnya, Jaka Tarub kembali ke air terjun tersebut dan memutuskan untuk mencuri salah satu selendang dari bidadari-bidadari itu. Hal ini membuat satu bidadari tidak bisa pergi ke langit. Sang bidadari sedih dan Jaka Tarub datang untuk membantunya. Singkat cerita, mereka berdua menikah dan memiliki anak perempuan. Nawang Wulan tidak mengetahui bahwa Jaka Tarublah yang mengambil selendangnya agar ia tak bisa Kembali ke khayangan. Sampai suatu saat Nawang Wulan tahu bahwa selendangnya disembunyikan di tempat beras, dia marah kepada Jaka Tarub. Ia kemudian Kembali ke khayangan dan meninggalkan Jaka Tarub beserta anaknya. Nawang wulan berpesan jika ada bulan purnama dia akan datang untuk menjemput Asal Usul Gunung ArjunaDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan pada zaman dulu ada seorang pendekar sakti bernama Arjuna yang bertapa di puncak gunung. Kesungguhan Arjuna saat bertapa membuat puncak gunung tersebut semakin bertambah tinggi dan mendekati kayangan. Sampai suatu hari sang Bathara guru merasakan seperti ada gempa di sekitar khayangan dan mencoba untuk menghentikan Arjuna dari pertapaannya, namun gagal. Bathara Guru pun mulai mencari bantuan kepada pengasuh Arjuna yaitu Bathara Semar. Bathara pun langsung menemui Bathara Semar dan meminta bantuannya untuk menghentikan Semar pun segera pergi bersama Togop untuk menghentikan pertapaan Arjuna. Setelah sampai di sana mereka terkejut dengan gunung yang sangat tinggi di depannya. Di puncak gunung itulah Arjuna sedang Semar dan Bathara Togop kemudian bersemedi di kaki gunung. Tak lama kemudian tubuh mereka membesar hingga menyamai gunung tersebut. Kemudian mereka memotong gunung itu, serta melemparkannya ke arah utara dan membuat Arjuna sadar dari pertapaannya. Kemudian bagian gunung yang dipotong oleh Bathara Semar dan Barthara Togop itu sekarang dikenal dengan nama Gunung Arjuna yang saat ini berada di perbatasan antara Malang dan Legenda Gunung Kelud dan Lembu SuraKerajaan Majapahit bernama Raja Brawijaya memiliki putri yang sangat cantik bernama Putri Diah Ayu Pusparini. Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan karena kecantikannya banyak pemuda yang jatuh cinta kepadanya. Raja membayangkan betapa bahagianya, jika Putri Diah menikah. Akan ada pesta yang meriah di pernikahan di kerajaan. Raja Brawijaya semakin sedih karena sang putri selalu menolak semua pemuda yang ingin menikahinya. Raja pun berpikir untuk mengajak putrinya berbicara empat mata dan beranggapan sang raja sudah semakin tua serta ingin mengadakan sayembara bagi siapapun yang bisa meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima ia akan menjadi suami Putri pun kaget, namun tidak berani menolak permintaan ayahnya. Ia tau ayahnya sangat menginginkan agar ia segera menikah, sehingga Putri Diah terpaksa untuk menerima keinginan ayahnya. Hari sayembara pun tiba, para pemuda dari berbagai penjuru datang untuk menunjukkan kekuatannya menaklukkan busur dan gong gaib. Satu persatu para pemuda mulai mencoba untuk merenggangkan busur dan mengangkat gong. Tetapi tidak ada satupun yang berhasil, Raja Brawijaya berencana menghentikan sayembara tanpa pemenang dan ia berpikir tidak akan ada yang bisa memenangkan ada satu orang yang kemudian datang dan bisa merenggangkan busurnya Bernama Lembu Sura. Sang raja pun menepati janjinya untuk menikahkan sang putri dengan lembu sura. Namun, sang putri sedih karena dia akan menikah dengan seorang pria berkepala banteng. Sampai akhirnya, sang raja juga berpikiran sama untuk membatalkan pernikahan putrinya. Sang raja pun memerintahkan Lembu Sura untuk membuat sumur di puncak Gunung Kelud dan kemudian beberapa prajuritnya mengubur hidup-hidup Lembu sura. Ia tak dapat berbuat banyak dan mengutuk sang raja. Semua orang sangat ketakutan. Mereka sangat yakin bahwa Lembusura akan membalas dendam. Sampai saat ini, setiap Gunung Kelud meletus, orang bilang Lembusura sedang melakukan balas dendam. 7. Asal Usul Nama BanyuwangiLegenda Banyuwangi dimulai dari perjalanan Raden Banterang yang menemukan seorang gadis yang terluka di hutan. Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, gadis itu ternyata putri raja bernama Surati yang telah kehilangan ayahnya. Raden Banterang pun membawa Surati ke istana dan menikahinya. Awalnya mereka hidup bahagia sebelum Surati bertemu dengan Rupaksa yang mengaku sebagai kakak Surati. Rupaksa menginginkan agar Surati membunuh suaminya, tapi tentu saja Surati tak mau melakukan itu. Sementara Raden Bantereng juga bertemu Rupaksa di hutan. Rupaksa memfitnah Surati akan membunuh Raden dan buktinya ada pita di bawah bantal. Raden Bantereng mencoba membuktikan kebenaran itu dan ternyata dia menemukan pita di bawah bantal. Tak ayal lagi, Raden murka besar dan membawa istrinya ke sungai dan menceburkannya di sana. Surati tidak mengakui tuduhan Raden karena dia memang tak ada niatan untuk membunuh Raden. Kemudian, Surati berujar kalau dia akan membuktikan kejujurannya dengan mencebur ke sungai itu. Apabila sungai itu beraroma wangi, maka dia benar, tapi sebaliknya, bila sungai itu bau, maka dia salah. Ternyata sungai tersebut berubah beraroma wangi. Raden begitu terpukul karena tidak percaya dengan istrinya. Dia pun menyusul istrinya terjun ke sungai. Itulah legenda asal mula penamaan Banyuwangi yang berarti air yang Asal Usul Reog PonorogoDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan seorang putri kerajaan sangat cantik jelita, yaitu Dewi Sanggalangit yang merupakan putri kerajaan Kediri. Sang putri bersayembara untuk menikahinya dengan syarat untuk menyajikan sebuah pertunjukan dengan tarian yang diiringi musik gamelan, barisan kuda kembar, dan binatang berkepala dua. Sangat mustahil dan sampai akhirnya Singabarong dan Kelana Swandana bersedia memenuhi syarat. Singabarong bingung memenuhi syarat akhirnya mengutus Sang Patih untuk menyelidiki Kelana Swandana. Tahu bahwa Kelana sudah menyiapkan semuanya kecuali binatang berkepala dua, ia menjadi khawatir. Singabarong menyerang Kelana namun Kelana tahu dan memusnahkan pasukan Singabarong. Dengan kekuatan sakti, Kelana mengubah Singabarong menjadi harimau dengan burung merah di kepalanya untuk memenuhi syarat sayembara sang putri. Akhirnya, Dewi Sanggalangit memilih Kelana Swandana untuk menikahinya dan sejak saat itu pertunjukan itu digelar dan disebut dengan Reog Ponorogo. 9. Ande-Ande LumutDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Kediri dan Jenggala. Sebelum Raja Erlangga yang memimpin kerajaan tersebut meninggal, ia berpesan agar menyatukan kedua kerajaan tersebut. Akhirnya kedua kerajaan tersebut bersatu dengan cara menikahkan Pangeran kerajaan Jenggala, Raden Panji Asmarabangun dan Putri dari Kerajaan Kediri, Putri Sekartaji. Namun, keputusan itu ditentang Ibu Tiri Putri Sekartaji. Karena Istri kedua dari kerajaan Kediri menginginkan putri kandungnya menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya, ia merencanakan menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan ibu kandungnya. Suatu hari, Putri Sekartaji menghilang dan Pangeran Panji sangat kecewa dan memutuskan untuk pergi mencari Putri Sekartaji. Sang Pangeran mengubah namanya menjadi Ande-Ande Lumut. Di tengah perjalanan, Ande-Ande Lumut menolong seorang nenek tua bernama Mbok Randa dan setelahnya ia diangkat menjadi anak Mbok Randa. Suatu hari, Ande Ande Lumut meminta sang ibu angkat mengumumkan bahwa ia sedang mencari istri. Sementara Putri Sekartaji memutuskan mencari pangeran di tengah perjalanannya beristirahat di rumah seorang janda yang memiliki tiga anak yaitu Klenting Merah, Biru, dan Hijau. Diangkat menjadi anak janda itu menyebabkan Putri Sekartaji berganti nama menjadi Klenting Kuning. Mendengar Ande-Ande Lumut sedang mencari istri, ketiga klenting itu bergegas pergi menemui Ande Ande Lumut. Namun Putri Sekartaji tidak pergi bersama ketiga saudara angkatnya karena ia harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Ketiga saudara angkat Klenting Kuning pun sampai di seberang sungai. Tapi karena ketiadaan perahu, mereka meminta bantuan Yuyu Kakang dengan syarat harus mencium kepiting raksasa itu. Tiba di sungai untuk menemui Ande Ande Lumut. Karena tidak memiliki cara menyeberang yang lain, mereka setuju begitu saja. Ande Ande Lumut menolak ketiganya karena mereka mau begitu saja dicium Yuyu Kakang. Sementara Klenting Kuning yang baru saja selesai dengan pekerjaannya segera menyusul ketiga Klenting lain. Klenting Kuning juga meminta bantuan Yuyu Kangkang. Namun dia cukup cerdik, sesampainya di seberang sungai, ia mengoleskan kotoran ayam di pipinya sehingga Yuyu Kangkang menjadi jijik dan tidak mau dicium Klenting Kuning. Akhirnya sang Raden Panji bisa bertemu dengan Putri Sekartaji dan merekapun kembali bersama-sama ke kerajaan dan mempersatukan Kembali Kerajaan Jenggala dan Kediri. Simak Video "Semarak Surabaya Vaganza, Ada Parade Bunga hingga Budaya" [GambasVideo 20detik] fat/fat
- Saat ini, kiai di Indonesia seperti disibukan oleh perteraungan pilpres 2019 dan saling berdebat mana paslon yang patut mereka dan jamaah pilih. Berbeda dengan masa kemerdekaan dulu, dimana para kiai bersatu dengan para pahlawan melawan penjajah sesuai kadar kemampuannya. Salah satu kisah heroik seorang kyai dalam melawan penjajah adalah kisah seorang Kiai Jawa yang menghancurkan sebuah pesawat dengan hanya kibasan sorban. Beliau biasa dipanggil kiai Abbas Buntet karena berasal dari Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Ya, inilah sosok kiai sakti asal tanah Jawa. Apa buktinya? Pada 10 November 1945, kiai Abbas Buntet berangkat ke Surabaya untuk berpartisipasi dalam perang melawan sekutu. Menariknya, Bung Tomo saat itu beberapa kali meminta izin kepada kiai Hasyim Asy’ari pendiri NU untuk menggerakkan arek-arek Suroboyo’ dalam melawan sekutu. Namun, kiai Hasyim tak kunjung menyetujuinya. Apa alasannya? Kiai Hasyim menunggu kedatangan Singa dari Jawa Barat’, tak lain adalah kiai Abbas Buntet, seperti yang dilansir di 09/03/19. Kesaktian kiai Abbas Buntet Kiai Abbas Buntet menunjukkan kesaktiannya atau karomah saat berperang melawan sekutu. Beliau terus berdoa, supaya senjata-senjata pejuang Surabaya beterbangan tepat mengenai sasaran. Menariknya, hal itu benar-benar terjadi. Senjata-senjata arek-arek Suroboyo tiba-tiba berhamburan dan menghantam tentara sekutu. Lebih jauh, kiai Abbas Buntet juga melumpuhkan pesawat sejutu hanya dengan lemparan tasbih. Yang paling dahsyat adalah karomah sorban kiai Abbas Buntet. Di pesisir pantai Surabaya, beliau menghancurkan puluhan pesawat sekutu dengan mengibaskan sorbannya ke atas, seperti yang dilansir di 09/03/19. Islam WOW Dapatkan Tips Menarik Setiap Harinya! Belajar lebih banyak tentang filsafat dan pemikiran para filsuf tiap hari secara mendalam Jadilah yang pertama tahu tentang artikel kami
Paróquia Santíssimo Sacramento - de interesse • Obras arquitetônicas • Locais religiosos • Igrejas e catedraisO que as pessoas estão dizendoExcursões e experiênciasExplore diferentes maneiras de conhecer este maneiras de aproveitar Paróquia Santíssimo Sacramento e atrações por pertoabr de 2023 • AmigosEssa igreja é fantástica. A estrutura em si é uma catequese. No teto tem a Ladainha de Nossa Senhora, na parede as 4 virtudes cardeais, e possui vitrais dos sacramentos, bem aventuranças e da vida de Jesus. A Pia Batismal é especialmente incrível. Recomendo demais a em 9 de junho de 2023Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Arquitetura muito bonita, me lembra as Igrejas Europeias, mas ao redor não vi muita coisa para em 9 de julho de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as contribuiçõesout de 2021Igreja de arquitetura belíssima. A iluminação noturna torna-a ainda mais bonita. Vale a pena a parada para em 16 de junho de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as SFlorianópolis, SC121 contribuiçõesmar de 2022Linda igreja com vitrais maravilhosos e ainda tem uma praça na frente, lugar perfeito para meditar sobre o que estamos fazendo das nossas em 12 de março de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022a igreja é belissima por fora e por dentro. a noite fica toda iluminada. a praça também é muito bonita. vale a pena visitar e tirar belas em 6 de março de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Lugar é muito bonito, recomendo ir de dia pois a luz do sol reflete de fora para dentro e dá cor aos vitrais da igrejaFeita em 26 de fevereiro de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Igreja muito ampla e de uma beleza interna e externa fantastica. Pinturas nos tetos e vitrais muito bonitos e de bom em 13 de fevereiro de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Não descarte uma visita ao passar por Itajaí. Seja para apreciar a arquitetura ou mesmo para um momento de fé e reflexão o local encanta!!Feita em 17 de outubro de 2021Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Foi por coincidência que passamos em frente à paróquia, mas, resolvemos voltar no dia seguinte e conferir de perto a igreja. É uma verdadeira obra de arte. Recomendo a todos conhecer esse lugar em 16 de outubro de 2021Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Igreja muito bonita localizada bem no centro da cidade de fronte a uma praça agradável para passear, além de alguns pontos de comercio nas proximidades. O interior da igreja te convida para uma reflexão e agradecimentos pela saúde desfrutada principalmente por estar con seguindo enfrentar este período de pandemia. A noite ela merece um destaque todo especial pela iluminação direcionada .Feita em 21 de maio de 2021Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as 1–10 de 600 resultados
This research is to examine the role of kiai in East Java province during the Indonesian presidential election in 2019. To find out what strategies were used by kiai and TKD Tim Kampanye Daerah Joko Widodo-KH. Ma'ruf Amin in East Java region also as several political figures who worked with JKSN Jaringan Kiai Santri Nasional to win Jokowi-Kiai Ma'ruf. The type of research used in this research is descriptive qualitative using the case study method. The data collection techniques used are interviews and documentation. The purpose of this research is to describe the role of kiai with TKD and JKSN during the presidential election. The results of this research is that the role of kiai includes being opinion leaders, political mediators and vote getter. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 191 Menakar Peran Kiai Dalam Pemilihan Presiden 2019 Studi Di Provinsi Jawa Timur Dafis Ubaidillah Assiddiq Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Raden Rahmat Malang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang peran kiai di provinsi Jawa Timur Saat pemilihan presiden 2019. Strategi apa yang digunakan kiai dan tim Kampanye Daerah Joko Widodo dan KH. Maruf Amin wilayah jawa timur dan beberapa tokoh-tokoh politikus dan pejabat daerah yang juga berjalan bersama JKSN Jaringan Kyai Santri Nasional untuk memenangkan Jokowi-Kiai Maruf. Dimana para narasumber menyatakan bahwa peran kiai-kiai pada pemilihan presiden 2019 ini begitu signifikan dan efektif, terlebih lagi dengan adanya penyerangan isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan bagi incumbent Joko Widodo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan Dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peran kiai di jawa timur bersama TKD Jawa Timur dan JKSN saat pilpres, maka dari itu telah diperoleh hasil dari penelitian ini bahwa peran kiai tersebut diantaranya menjadi Opinion Leader, Mediator Politik dan Vote Getter. Kata Kunci Peran, Kiai, Strategi Komunikasi Politik, Tim Kampanye, Pemilihan Presiden, Opinion Leader, Mediator Politik, Vote Getter. Abstract This research is to examine the role of kiai in East Java province during the Indonesian presidential election in 2019. To find out what strategies were used by kiai and TKD Tim Kampanye Daerah Joko Widodo-KH. Ma'ruf Amin in East Java region also as several political figures who worked with JKSN Jaringan Kiai Santri Nasional to win Jokowi-Kiai Ma'ruf. The type of research used in this research is descriptive qualitative using the case study method. The data collection techniques used are interviews and documentation. The purpose of this research is to describe the role of kiai with TKD and JKSN during the presidential election. The results of this research is that the role of kiai includes being opinion leaders, political mediators and vote getter. Keywords Role, Kiai, Political Communication Strategy, Campaign Team, Presidential Election, Opinion Leader, Political Mediator, Vote Getter. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 192 PENDAHULUAN Pasca berdirinya era reformasi, Indonesia telah menyelenggarakn pemilihan Presiden untuk yang keempat kalinya ditahun 2019. Pilpres kali ini diikuti oleh 13 partai politik dan dua pasangan calon capres dan cawapres, dengan Pemetaan dimana Nomor Urut 01 Joko Widodo-KH. Maruf Amin yang didukung oleh 9 partai, di antaranya PDI-P, PKB, PPP, Partai Nasdem, Partai Golkar, Partai Hanura, PKPI, PERINDO dan PSI. Dan paslon Nomor Urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno, didukung oleh 4 partai yaitu Gerindra, PAN, PKS, Partai Demokrat . Gambar 1. Peta Koalisi parpol pengusung capres-cawapres di pilpres 2019 Sumber pada akhirnya tanggal 22 Mei 2019 KPU Secara Resmi mengumumkan hasil rekapitulasi secara kesuluruhan, dengan masing-masing perolehan sebesar 55,50 persen untuk Joko Widodo-KH. Maruf Amin dan 44,50 persen untuk Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Dimana Paslon urut 01 memperoleh suara terbanyak, yang pertama dari Provinsi Jawa Tengah sebesar dan yang kedua dari Provinsi Jawa Timur sebesar Untuk memperoleh hasil yang maksimal merupakan upaya dari serangkaian tim yang memiliki tujuan yang sama yaitu memenangkan Joko Widodo dan KH. Maruf Amin. Sesuatu yang menarik untuk dibahas adalah mengenai strategi komunikasi politik yang dilakukan untuk menarik perhatian suara dari konstituen yaitu masyarakat. Dimana Strategi merupakan bagian dari penetapan sasaran dan tujuan yang bersifat jangka panjang dengan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk dikerahkan demi tercapainya tujuan. Hal ini tepatnya pada Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin yang menggandeng Kiai-Kiai Jawa Timur untuk turut bersama memenangkan Jokowi dan Kiai Maruf dipertarungan pilpres 2019. Hal yang menarik muncul sebelum hari dimana pemungutan suara pada 17 April 2019, di mana calon presiden yang juga petahana, Joko Widodo mendapat penyerangan isu mengenai Suku, Agama, Ras dan Antar golongan SARA, diantaraya seperti anggapan bahwa Joko Widodo sebagai anggota Partai Komunis Indonesia PKI, Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 193 antek-asing Pro-Cina, pemimpin yang anti-islam, dan telah melakukan kriminalisasi terhadap ulama, kemudian banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia, yang secara masif dan intens dilakukan oleh pihak yang berkepentingan langsung atau tidak langsung dalam pemenangan calon tertentu saat pemilihan presiden 2019. Kerap menjadi sebuah strategi tersendiri dengan menjual isu SARA kepada lawan dengan tujuan untuk menjatuhkan elektabilitas. Dan tidak hanya di pilpres 2019, pada saat pilpres 2014 lalu Joko Widodo diserang dengan tersebarnya tabloid ―OborRakyat yang memuat pemberitaan bahwa Joko Widodo adalah anggota PKI. Peristiwa itu terjadi satu hari sebelum hari pemungutan suara di Kabupaten Jember, dimana warga setempat menerima tabloid tersebut. Mengenai Tenaga Kerja Asing yang sempat menjadi perbicangan dan isu hangat dan kerap dijadikan senjata untuk menyerang dari pihak lawan. Dari hasil survei tersebut menunjukkan angka ―percaya yang lebih besar terhadap masuknya tenaga kerja asing yang berlebihan ke Indonesia dibanding angka dari ―tidak selisih persen, tapi angka persen dari ketidakpercayaan masyarakat merupakan angka yang cukup besar. Gambar 3. Data Respon Masyarakat Jawa Timur. Sumber. Survey Nasional Pemprov. Jatim Reuni 212 merupakan lanjutan kegiatan dari Aksi 212 yang pertama kali dilaksanakan pada 2 Desember 2016 dan Aksi Bela Islam III. Di tahun 2017 Aksi 212 juga kembali digelar. Dan di tahun 2018 kegiatan tersebut kembali dilaksanakan dibungkus dengan ―Reuni 212. Menyangkut hal tersebut lebih dari 50 persen masyarakat mengetahui aksi tersebut dan lebih dari persen masyarakat Jawa Timur menyetujui dengan aksi tersebut. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 194 Gambar 4. Data Respon Masyarakat Jawa Timur mengenai Reuni Charta Reuni 212 tahun 2018 dianggap sebagai Gerakan Moral Umat Islam oleh persen dari penduduk Jawa Timur, walaupun persen masyarakat ada yang mengatakan bahwa Reuni 212 merupakan Gerakan politik dukungan terhadap salah satu calon presiden. Kemudian pada angka 20 persen lebih merupakan angka yang besar, jika 29 persen orang tersebut percaya bahwa Reuni 212 diselenggarakan untuk mendukung salah satu capres maka gerakan tersebut merupakan gerakan yang direkayasa dimana dikemas dalam balutan Gerakan Moral Umat Islam. Melihat sosok Joko Widodo yang nasionalis dari partai besar PDI Perjuangan dan KH. Maruf Amin seorang Ulama yang juga mantan ketua MUI dan Tokoh Besar Nahdlatul Ulama tidak semata-mata menjadikan suara paslon 01 aman di Jawa Timur terutama di beberapa kabupaten/kota tertentu, dan juga tidak memenangkan mutlak, meskipun Jawa Timur adalah lumbung dan basisnya Nahdlatul Ulama. Sehingga menentukan bentuk strategi komunikasi menjadi kewajiban sebagai penetapan sasaran dan juga tujuan jangka panjangnya, terutama bagi organisasi Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin, kemana saja arah dan seperti apa tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Karena pada hakikatnya sebuah tujuan dari rancangan strategi komunikasi politik akan melibatkan seperangkat proses komunikasi yang harus dilakukan secara efisien juga efektif dan integral, sebagaimana maksud untuk mengajak, mempengaruhi sikap dan pendapat masyarakat Jawa Timur dengan hasilnya yang akan selaras sesuai bentuk pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan strategi komunikasi politik para Tim Kampanye Daerah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin memiliki ciri yang khas dan berbeda sebagai penunjuk ideologinya berdasarkan kebutuhan pasar dan dalam konteks ini yang dimaksud adalah masyarakat-masyarakat Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 195 Jawa Timur sebagai konstituen dalam pemilihan. Di provinsi Jawa Timur sendiri memilik 5 pondok pesantren, terbesar di Indonesia di antaranya Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan di Tuban, Pondok Pesantern Lirboyo di Kediri dan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. Sebuah pondok pesantren dan Kiai adalah dua hal yang saling berkaitan, di sini Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin fokus pada segmen masyarakat tradisional, di mana masyarakat tradisional ini kekuatannya tidak tersentuh oleh New Media tapi kekuatan itu bersumber dari Opinion Leader atau tokoh lokal, dan masyarakat tradisional tersebut memiliki sosok yang kerap mereka anggap sebagai Opinion Leader yaitu sosok Kiai atau Ulama sebagai sosok di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kedudukan untuk mempengaruhi elektoral calon kandidat, serta pengaruh terhadap masyarakat turunannya dalam menentukan pilihan. Opinion Leader tidak bisa dianggap remeh bagi mereka yang bersangkutan seperti para tim sukses dan partai-partai politik yang ingin memenangkan calonnya. Karena di tangan Opinio Leader inilah perubahan di masyarakat seringkali menjadi penentu kemenangan, oleh sebab itu peran Kiai sebagai tokoh lokal di masa-masa pemilu tidaklah masyarakat tradisional di Jawa Timur para Kiai atau Ulama memiliki peran dan fungsi yang mendalam sehingga mereka termasuk elit sosial, diantara elit sosial yang lainnya seperti para tokoh adat, dan orang-orang yang berkedudukan di pemerintahan. Para Kiai ini tidak hanya juga sebagai pemimpin agama, Kiai memiliki pengaruh yang cukup dominan yang diakui kepemimpinannya oleh masyarakat. Dalam masyarakat sendiri pun pengaruh Kiai tidak hanya menyangkut dalam hal keagamaan semata, melainkan hampir semua persoalan yang ada selalu dikonsultasikan kepada Kiainya Suprayogo, 2007179. Kiai selalu dicitrakan sebagai representasi simbolik dalam kekuatan pada keagamaan, oleh karena itu Kiai mempunyai pengaruh besar di masyarakat dan sosok kiai memiliki peranan dalam membangun bangsa. Karena hubungan Kiai dan masyarakat dapat terikat dengan emosi keagamaan yang dimana kekuasaan Kiai juga kerapkali berpengaruh dan kuat pada kehidupan masyarakat serta memberikan peran yang vital dalam menggerakkan aksi sosial terutama politik. Nampak begitu kuatnya peran dan pengaruh Kiai di masyarakat, menjadikan tokoh Kiai sebagai sosok yang Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 196 perlu dipertimbagkan bagi kalangan-kalangan yang tengah mencari dukungan suara diwaktu-waktu pemilihan kepala daerah, wakil rayat bahakan pemilihan presiden, karena kiai bisa menjadi relasi yang berpotensial dalam mencari dukungan massa di pedesaan dan masyarakat tradisional. Kekuatan Kiai yang begitu besar, jelas akan mempengaruhi pola komunikasi yang ada dan berjalan di masyarakat terutama masyarakat tradisional dan pedesaan. Sehingga dapat dikatakan diperlukannya opini dari orang-orang yang juga memiliki pengalaman dan pengetahuan. Karisma yang dimiliki seorang Kiai yang juga notabane-nya sebagai pemimpin dan juga pendapatnya yang begitu diperhitungkan di masyarakat akan memberi sumbangsih yang besar dalam aliran komunikasi antara Kiai kepada masyarakat ataupun masyarakat satu dengan yang lainnya. Ini artinya, apabila Kiai telah menyampaikan suatu hal maka dapat dikatakan akan terjadi perubahan sosial di dalam masyarakat tersebut, maka masyarakat akan melakukan hal serupa yang telah disampaikan Opinion Leader tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Sosio-Kultural Kiai Dalam Komunikasi Politik Jawa Timur Membicarakan tentang Kiai, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI setidaknya memiliki enam arti 1 Sebutan bagi alim ulama cerdik pandai dalam agama Islam; 2 Alim Ulama; 3 Sebutan bagi guru ilmu gaib dukun dan sebagainya; 4 kepala distrik di Kalimantan Selatan; 5 sebutan yang mengawali nama benda yang dianggap bertuah senjata, gamelan, dan sebagainya; 6 sebutan samaran untuk harimau jika orang melewati hutan. Dalam konteks perpolitikan, definisi yang mungkin lebih tepat adalah Kiai sebagai sebutan bagi ulama cerdik pandai dalam agama Islam. Meskipun jika berkaca pada penjelasan Endang Turmudi dirasa penjelasan dari KBBI tersebut belum begitu sempurna karena ada celah sosiologis yang belum terisi. Turmudi 2004 mengatakan bahwa pada dasarnya sebutan Kiai adalah predikat yang disematkan oleh masyarakat di suatu daerah atas tingkat keulamaan seseorang, dimana tingkat tersebut adalah yang paling tinggi. Arti kata Ulamasendiri menurut Horikoshi 1976 dan Mansurnoor 1990 adalah istilah yang lebih umum dan merujuk kepada seorang muslim yang berpengetahuan. Kaum ulama adalah kelompok yang secara jelas mempunyai fungsi dan peran sosial sebagai cendekiawan penjaga tradisi yang dianggap sebagai dasar identitas primordial individu dan masyarakat. Dengan kata lain, fungsi ulama yang terpenting adalah peran Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 197 ortodoks dan tradisional mereka sebagai penegak keimanan dengan cara mengajarkan doktrin-doktrin keagamaan dan memelihara amalan-amalan keagamaan ortodoks di kalangan umat Islam. Turmudi, 2004. Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa status Kiai dalam masyarakat adalah status yang istimewa, karena dianggap paling tinggi keilmuan agamanya. Setidaknya paling tinggi dari kebanyakan masyarakat di sebuah daerah tersebut. Meskipun demikian, dalam realitas sosialnya, pendefinisian Kiai yang diasosiasikan dengan tingkat keilmuan agama yang tinggi ternyata bagi beberapa daerah belum cukup. Di daerah Madura misalnya status Kiai tidak hanya dilihat dari seberapa tinggi ilmu keagamaan seseorang, namun juga keturunan siapa orang tersebut. Turmudi, 2004. Pada dasarnya memang sebutan Kiai dari satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Kategorisasi dan standarisasi dari masyarakat sehingga menunjuk siapa orang yang pantas dianggap Kiai dan bukan Kiai adalah kompleks. Namun demikian, perbedaan kategorisasi dan standarisasi tersebut tetap saja mengandung inti bahwa status Kiai adalah status yang diasosiasikan dengan keilmuan keagamaan dan menjadi panutan dalam hal teologis oleh masyarakat yang ada di tempat tersebut. Turmudi, 2004. Kiai sebagai salah satu struktur sosial dalam masyarakat memiliki setidaknya dua komponen lain selain dirinya sendiri yang menguatkan status sosialnya, dan dalam konteks tertentu, menjadi modalyang cukup krusial dalam kaitannya dengan perpolitikan, yaitu Pesantren dan Santri. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kategorisasi dan standarisasi Kiai pada dasarnya berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lainnya, sehingga mungkin sekali jika seseorang yang dianggap sebagai Kiai di satu daerah, tidak dikategorikan sebagai Kiai di daerah lain, namun hanya sebagai ustadz. Namun dalam dinamikanya, ada beberapa pengecualian bahwa seorang Kiai bisa saja memiliki pengaruh lintas daerah. Selain karena pengetahuan keislamannya yang diakui oleh banyak orang, namun juga karena mereka memiliki pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang membangun beberapa modal sosial bagi elektabilitas sosial seorang Kiai. Meskipun, dengan catatan pula tidak semua Kiai besar selalu memiliki pondok pesantren. Turmudi, 2004. Dengan adanya pondok pesantren itulah Kiai mendapatkan patronasinya pola dan suri tauladan yang dijadikan acuan bukan hanya oleh santrinya melainkan juga oleh orang tua santri tersebut dan juga masyarakat yang ada di luar desa atau Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 198 kotanya sendiri Turmudi, 2004. Shaleh 2007 dalam penelitiannya mengatakan bahwa di dalam pesantren, Kiai memang memiliki otoritas sebagai hierarki kekuasaan satu-satunya yang dengan tegas dan jelas diakui oleh pesantren, dengan dalih Kiai sebagai penyelamat santrinya agar terhindar dari hal-hal yang memungkinkan terjerumus ke arah negatif atau melenceng pada norma-norma agama. Penelitian Shaleh ini sedikit banyak menjelaskan bagaimana akibat dari patronase itu sendiri. Meskipun secara teoritis dalam mendapatkan modal sosial, Kiai banyak dipengaruhi oleh keberadaan pondok pesantren dan seperangkat santri-santri yang menyertainya, namun secara historis pondok pesantren tersebut memiliki modal politik bukan hanya karena fungsinya sebagai lembaga pendidikan, namun juga merupakan alternatif arus pengenalan jati diri dan perlawanan masyarakat Indonesia pada masa perjuangan melawan elite kolonial dan pada saat itu, keraton. Thayib, 1997. Pada masanya dulu, dan mungkin sampai saat ini, Kiai dan pondok Pesantren bukan hanya sebagai institusi penjaga tradisi, namun juga pemberi nilai judgment tentang apa yang menjadi bagian dari ―kita‖ dan apa yang telah menjadi bagian dari mereka. Selain itu, Kiai dan pondok pesantren dalam dinamika sosiologisnya memiliki posisi yang simbolis dan strategis. Dalam konteks masyarakat pedesaan, Kiai dan pesantren bukan saja bagian belaka dari kesucian, melainkan juga menempati posisi inti dalam struktur kesucian itu sendiri. Semua itu berakar dari kemampuan Kiai dan pesantren menguasai dunia agama, ditambah dengan tipikal masyarakat yang memang belum terlalu memiliki bekal pengetahuan teknikal dan empiris, maka agama sebagai sebuah komoditas sosial menjadi sangat laku, dimana Kiai dan pesantren menempati prestis yang sangat tinggi. Thayib, 1997. Kiai dinilai memiliki prestis yang tinggi karena melihat dari banyak penelitian para ahli, Kiai dinilai memiliki pengaruh feodalistik terhadap masyarakat. Misalnya saja Thayib 1997 mengatakan bahwa Kiai dan pesantren adalah penguasa agama dan budaya terutama ketika menjadi tombak perlawanan bagi kolonial. Keadaan yang sedemikian kemudian dianalogikan seperti raksasa yang melawan kurcaci, dengan Kiai sebagai raksasanya. Demikianlah penjelasan historis dan alasan logis bagaimana posisi Kiai dan perangkat pesantren serta santrinya di masyarakat, sehingga dengan posisi itu Kiai memiliki modal- modal sosial yang sangat diperhitungkan dalam dunia perpolitikan. Turmudi 2004 mengatakan Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 199 setidaknya ada empat jenis Kiai utamanya di Kabupaten Jombang, diantaranya ; 1. Kiai Pesantren Kiai yang memusatkan perhatiannya kepada pendidikan dipesantren, pendidikan demi peningkatan sumber daya manusia, yang dimaksud adalah santri. 2. Kiai Tarekat Sosok Kiai yang fokus terhadap kegiatan untuk membangun batin dunia hati Umat Islam. dan Kiai seperti ini kerap kali memiliki pengikut dengan jumlah yang lebih banyak. 3. Kiai Politik Lebih fokus pada perihal politik praktis, baik itu terjun sebagai struktural maupun sebagai juru kampanye pada salah satu partai politik dan calon kandidat tertentu. 4. Kiai Panggung Kiai yang memusatkan pada kegiatan dakwah untuk mengembangkan ajaran islam, dan pengikutnya tersebar di beberapa daerah. Berdasarkan kriteria diatas memang tidak bisa menilai secara langsung sosok Kiai dengan jenis tertentu. karena realitasnya sekarang ini adalah Kiai tidak hanya memiliki satu kapasitas. Baik itu Kiai Pesantren, Kiai Tarekat, Kiai Politik ataupun Kiai panggung, bahwasanya realita di masyarakat adalah seringkali Kiai Tarekat merangkap pula sebagai Kiai Pesantren dan Kiai Politik. Turmudi, 2004. Dalam perkembangannya, Kiai-Kiai tersebut kemudian terkumpul dalam sebuah organisasi ortodoks yang bernama Nahdlatul Ulama‟ NU dimana anggotanya kemudian disebut sebagai Nahdliyin. Kebanyakan anggota dan pendukung organisasi ini memang berasal dari daerah-daerah pedesaan. Maka dari itu tidak heran jika kemudian dalam konstelasi perpolitikan organisasi ini banyak dilirik sebagai komoditas politik. Turmudi, 2004. Lebih jelas lagi, Thayib 1997 menjelaskan bahwa sejak munculnya NU yang pada awalnya sebagai organisasi politik, membuat persinggungan antara Kiai dan pesantren dengan dunia politik menjadi lebih vulgar. Dengan demikian, maka dunia pesantren pun lebih mudah terkena penetrasi politik dan kemudian banyak politisi NU yang memanfaatkan pengikut- pengikut setia mereka untuk dijadikan lahan subur memanen dukungan suara. Namun demikian, jika melihat dinamika kontemporer perpolitikan NU, Kiai dan santri di Jawa Timur, ada beberapa perubahan krusial yang terkadang, menggoyahkan monolitisme Kiai itu sendiri. Misalnya saja, dari segi santri sendiri, penelitian Syarif 2016 diketahui bahwa pada tahun 2013 ada momentum pudarnya kharisma Kiai yang selama ini dikenal mempunyai pengaruh kuat dalam masyarakat, khususnya di Madura, Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 200 dengan menangnya Achmad Syafii- Kholil Asyari yang merupakan peserta dengan status non Kiai diantara pesaing lainnya yang berstatus Kiai. Penelitian ini juga membuat pemetaan baru mengenai perilaku politik santri di Jawa Timur dimana muncul Santri Prismatik yang tidak segan untuk berbeda politik dengan Kiai karena Kiai bukan referensi sepenuhnya dalam politik. Dalam dimensi keagamaan pun, santri jenis ini tidak melepas Kiai sepenuhnya sebagai tokoh moral dan keagamaan. Dari NU sendiri, dalam dinamika perpolitikan kontemporernya juga mengalami pembelahan dengan momentum Pilkada Jawa Timur. Rohim 2018 dalam penelitiannya muncul dua poros politik pada Pilkada Jawa Timur, yaitu poros Lirboyo yang mendukung Gus Ipul-Puti Soekarno dan poros Tebuireng yang mendukung Khofifah-Emil Dardak. Dari pembelahan ini entah apakah penyebabnya karena pembelahan itu sendiri atau faktor lainnya, namun terlihat bahwa ada penurunan pengaruh politik Kiai-Kiai NU pada poros Lirboyo oleh masyarakat yang uniknya, Kiai pada poros itu memiliki posisi strategis pada struktural NU. Justru Kiai yang ada pada poros Tebuireng yang sama sekali tidak memiliki posisi struktural memiliki pengaruh yang besar di akar rumput selain karena pengaruh tokoh politik lain seperti Soekarwo dan Susilo Bambang Yudhoyono. Konstelasi yang sedemikian rupa tersebut yang membuat realitas politik di Jawa Timur menjadi unik, dan ketika dihubungkan dengan fenomena Pemilihan Presiden 2019 ini lalu bagaimana Kiai memerankan perannya, dalam menggapai atensi dan menggerakkan khalayak akar rumput untuk memilih Joko Widodo dan Maruf Amin, padahal seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada pemerosotan pengaruh Kiai meski masih ada Kiai yang memiliki pengaruh luar biasa dan ada pembelahan sebelumnya antar Kiai di Jawa Timur hasil dari Pilkada Jawa Timur. Model marketing politik Newman 1994 terdapat tiga tahapan seperti yang telah peneliti tulis diatas, sebagaimana poin pertama tentang Market voter segmentation dengan arti lain membuat Tim TKD Jawa Timur harus bisa mengetahu segmentasi masyarakat di Jawa Timur dengan mengetahui seperti apa pemimpin yang dibutuhkan masyarakat, mengenal masyarakat Jawa Timur itu sendiri, dan mengidentifikasi segmen pemilih, tentang bagaimana pendekatan dengan masyarakat yang memiliki karakteristik yang berbeda di beberapa kabupaten/kota. selanjutnya yang kedua adalah Candidate Positioning bisa Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 201 juga dikatakan memastikan posisi Jokowi-Kiai Maruf Amin di Jawa Timur, disini terdapat beberapa elemen, diantanya pengenalan kekuatan dan kelemahan kandidat diambil sebagai peluang untuk membangun citra diri paslon Jokowi-Kiai Maruf tetap baik dan membuat suasana tetap stabil walaupun saat itu capres Jokowi dirundung isu SARA. HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarakan hasil observasi lapangan mengenai peran Kiai dalam strategi komunikasi politik pada Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin pada pemilihan presiden 2019 pada hal ini yang dimaksud yaitu strategi dan bagaimana implementasinya yang telah dilakukan selama ini, peneliti dapat mendeskripsikan peranan Kiai dan langkah yang telah ditempuh baik oleh para kiai dan TKD Jawa Timur dalam Memenangkan Jokowi dan Kiai Maruf Amin dalam mewujudkan strategi komunikasi politik dengan berlandaskan dasar teori Newman 1994 yaitu Model of political marketing yang adalah, Market Voter Segmentation. Segmentasi Pemilih Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin di Jawa Timur Berdasarkan data yang telah didapat dan dianalisis oleh peneliti, Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin telah melaksanakan kegiatan yaitu berupa strategi komunikasi politik yang mereka gunakan dan kerahkan untuk memenangkan Joko Widodo dan KH. Maruf Amin di Jawa Timur. Seperti yang di ketahui TKD bekerjasama dengan Kiai dalam rangka memberi dukungan kepada Jokowi dan Kiai Maruf. Bagi TKD dan JKSN para Kiai ini tidak di khususkan hanya untuk satu golongan tertentu atau di satu daerah tertentu, tapi untuk seluruh masyarakat Jawa Timur, karena seperti yang di sampaikan Sekertaris TKD yaitu Otman Ralibi, bahwa ingin suara Jokowi dan Kiai Maruf tembus 70% di Provinsi JawaTimur. Bukan berarti dengan mengandeng Kiai sehingga segmentasi pemilihnya hanya menggandeng masyarakat muslim’ dan santri’tapi menyeluruh dengan kategori millennial dari berbagai kaum professional dan para komunitas, seperti anggota BARKOJ yag berisikan warga keturunan cina dengan latar belakang yang sama yaitu Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 202 seorang pengusaha, dan mereka pun bekerjasama dengan JKSN. Walaupun Sekjen JKSN, KH. Zahrul Azhar Asad mengatakan bahwa target dari JKSN adalah para Kiai dan santri tapi maksud luasnya serupa dengan apa yang di sampaikan oleh sekertaris TKD Jawa Timur Otman Ralibi dan Ketum JKSN Jawa Timur, KH. Roziqi, bahwasanya para Kiai dan Santri ini peran, dan serangkaian kerjasamanya dapat menggurita hingga di orang sekelilingnya. Kiai dengan para murid dan jamaahnya, para mantan santri dengan rekan se-profesi, atau yang menjadi pengusaha sehingga mampu mengkoordinir karyawannya untuk memilih Jokowi dan Kiai Maruf. Dalam elemen JKSN pun terdapat ibu-ibu Muslimat dengan suara yang nyata, dengan kata lain ibu-ibu muslimat dan fatayat ini dalam satu Komando Gubernur Jawa Timur,Khofifah Indah Parawansa, maka mampu mendulang suara Jokowi dan Kiai Maruf di Jawa yang diungkapkan responden dari TKD dan JKSN, bahwa mereka tidak hanya berkunjung sekali saja ke daerah Madura, Nampaknya daerah ini memiliki perhatian khusus bagi TKD dan JKSN. Kunjungan tersebut dilaksanakan guna memastikan agar suara Jokowi tetap aman. Seperti yang disampaikan responden dari TKD dan JKSN, bahwa di daerah Madura ini kekuatan opinion leader begitu kental, seperti yang di sampaikan responden bahwasanya apa yang dikatakan oleh tokoh masyarakat setempat maka akan dengan mudah di percaya oleh masyarakat. Ditambah lagi dengan penyebaran isu-isu di daerah Madura yang banyak seperti yang disampaikan oleh salah satu Bu Nyai yang juga ketua muslimat disalah satu daerah di tanah Madura. Seperti yang disampaikan oleh sekertaris TKD Jawa Timur bahwa akan sulit untuk mengubah pilihan orang, terlebih lagi yang sudah terkristalisasi, wabil khusus pada masyarakat yang ada di beberapa daerah seperti Madura, Situbondo dan Pacitan. Dan perlu di ingat bahwa pacitan memiliki Susilo Bambang Yudhoyono, putra terbaik pacitan yang tentunya membawa pengaruh, terlebih lagi pada pilpres kali ini SBY berkoalisi dengan capres dan cawapres Prabowo-Sandi. Joko Widodo dan Kiai Maruf Amin pada pemilihan presiden 2019 memiliki tim kampanye yang berpusat menjadi TKN dan bertempat di Jakarta, dan TKN memiliki Tim Kampanye Dearah di 34 provinsi yang ada di Indonesia, salah satunya di provinsi Jawa Timur. “TKD itu tim kampanye daerah yang ditunjuk oleh TKN di Jakarta untuk mengkoordinir, konsolidasi kegiatan-kegiatan kampanye pemenangan Jokowi. Dan itu secara resmi memang dia tim kampanye, oleh karena itu seluruh perangkat lunak dan perangkat kerasnya digunakan untuk Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 203 kemenangan Jokowi di Jawa Timur”. sumber wawancara Otman Ralibi Menjadi pusat tim pemenangan Jokowi dan Kiai Maruf di Jawa Timur membuat TKD dapat mengalokasikan segenap perangkat keras dan perangkat lunak yang dimiliki, dapat dikatakan bahwa perangkat lunak yang mereka miliki adalah berupa strategi yang akan mereka pasang guna mendulang suara Jokowi dan Kiai Maruf di Jawa Timur yang bekerja sama bersamaan dengan perangkat keras yang mereka gandeng seperti seluruh keanggotaan tim kampanye dan relawan-relawan diluar sana yang telah menjalin kerja sama dengan TKD Jawa Timur. Seperti halnya JKSN yaitu Jaringan Kiai Santri Nasional . “JKSN itu diseluruh Indonesia, awalnya adalah tim pemenangan bu Khofifah, tim pemenangan bu khofifah sukses memenangkan pilub Jawa Timur, akhirnya kita membetuk JKSN untuk memenangkan pak Jokowi” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadTKD yang juga bekerja sama dengan JKSN yang sudah memiliki massa tetap dan nyata paska pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 menjadi langkah bagus bagi TKD untuk semakin memenangkan Jokowi dan Kiai Maruf Amin di Jawa Timur. Terlebih lagi JKSN merupakan wadah bagi sekumpulan para Kiai dan santri di Jawa Timur bahkan di Indonesia. ―Peran Kiai itu kita tujukan ke semua orang, Kiai memang untuk masyarakat dan tidak bisa dibatasi hanya untuk kalangan tertentu. peran Kiai itu juga sama seperti sebelum pilpres, tidak dikurangi. yaa peran Kiai itu dalam berpesan. hanya saja mereka lebih intens bertemu masyarakat. untuk terjun ke masyarakat langsung.” sumber wawancara dengan Otman Ralibi TKD Jawa Timur menerangkan bahwa para Kiai ini mampu masuk keseluruh lapisan masyarakat. Terlebih lagi dengan momentum pemilihan presiden, Kiai ini bisa menjadi moderator politik di seluruh kalangan masyarakat. tanpa mengurangi atau melebihkan seperti apa sosok dan peranan Kiai di masyarakat lazimnya. Namun para tokoh agama ini diminta untuk lebih ditekankan dan intens lagi dalam berpesan dalam masyarakat Jawa Timur sebagai konstituen. ―banyak tidak hanya santri saja, kelompok millennial, di luar itu banyak, dari berbagai komunitas, dan kalangan profesional.sumber wawancara dengan Otman Ralibi Walaupun dengan mengajak para Kiai sebagai tokoh agama sekaligus opinion leader di tengah-tengah masyarakat tidak serta merta bahwa yang dituju hanyalah masyarakat muslim dan ‗para santri tapi semua kalangan dari berbagai usia dan jenis pekerjaan. karena dengan merangkul semua, akan semakin banyak massa yang di dapat akan semakin menopang suara Jokowi unggul di Jawa Timur. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 204 “Kita tidak memilih karakter Kiai yang seperti apa, prinsipnya bahwa kita mengajak seluruh tokoh agama. Tapi memang terlihat jelas sebenarnya perbedaan peran tokoh agama itu saat pilpres. Jadi yang milih Prabowo itu jelas kelompok yang diluar NU tentunya, meskipun ada Kiai NU yang memilih prabowo ya, seperti yang di Jombang kan terjadi. Tapi bagi mereka yang sudah jelas ya kita tidak bisa memaksa mereka, karena itu pilihan. “sumber wawancara dengan Otman Ralibi Pada momentum pemilihan presiden, TKD dan JKSN dengan menggandeng para Kiai ini tidak menjadikan tim ini terlalu spesifik dalam memilih karakter seorang Kiai. Karena pada dasarnya seluruh tokoh agama mereka gandeng . Tanpa melebihkan dan megurangi peranan tokoh agama ini tapi dirasa dalam momen pilpres peran tokoh agama itu begitu jelas. Terlebih lagi banyaknya isu SARA yang dipermainkan. Dengan menonjolkan bahwa kelompok organisasi keagamaan Islam akan condong kepada pasangan calon yang mana. Seperti halnya individu dengan kultur Nahdlatul Ulama yang tidak tentu memilih Jokowi sekalipun pendampinya adalah KH. Maruf Amin selaku wakil prresiden yang terpilih merupakan tokoh besar dari NU. ―Tidak mudah memang mengubah pilihan orang, apalagi itu sudah terkristalisasi. Pokoknya Prabowo, mati urip Prabowo, wes ndak bias diubah. Seperti Madura itu, dan Situbondo lalu pacitan. Memang gak mudah merubah orang yang sudah kekeh.” sumber wawancara dengan Otman Ralibi Namun semua itu kembali kepada pilihan dan kepentingan masing-masing individu. Bukan hal yang mudah mengubah pilihan orang lain, terlebih pada pemilihan presiden, banyak pertimbangan mengapa individu tersebut akhirnya menjatuhkan pilihan kepada paslon tertentu. Baik itu terpengaruh karena program kerjanya atupun memilih karena sesuatu yang belum pasti, seperti beredarnya berita bohong/palsu atau yang kerapkali disebut dengan hoax. “Kita kan selalu ke pondok-pondok ya, seperti ke jawa tengah, deklarasi tiap kabupaten, saya selalu hadir, ada yang di ponpes, tapi banyak juga yang di gedung, karena jumlahnya terlalu besar. Tapi ya mayoritas muslimat, yang paling gampang digerakkan . Karena kalau bapak-bapak atau orang laki-laki kalau diajak berkumpul agak susah karena terhalang oleh waktu bekerja. kalau ibu-ibu kan kebersamaannya kuat. Jadi mereka bisa diajak bisa dipengaruhi dan motivasi.” Sumber wawancara KH. Roziqi Namun tim relawan Jokowi dan KH. Maruf Amin dapat mensiasati strategi mereka dengan adanya para Kiai ini mereka dapat memafaatkan keberadaan para massa yang sudah pasti seperti kelompok ibu-ibu muslimat. “Banyak segmentasi ibu-ibu muslimat. karena gubernurnya punya „muslimat‟ lah ibaratnya jadi yang memilih banyak.” Sumber wawancara KH. Roziqi Dapat dikatakan bahwa ibu-ibu Muslimat erat kaitannya dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 205 begitu sebaliknya, Posisi Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama, memiliki tempat tersendiri untuk ibu-ibu muslimat NU, terutama pada momen pemilihan presiden kali ini, menjadikan masa yang nyata untuk dukungan terhadap Jokowi, terlebih lagi ketika Gubenur Jawa Timur tersebut menyatakan dukungan terhadap Jokowi dan Kiai Maruf Amin, 01 pun mengantongi satu elemen dengan puluhan bahkan ratusan hingga ribuan pendukung Jokowi dari Muslimat NU, TKD dan JKSN tetap memperluas target mereka. ―target JKSN ya para Kiai dan santri.” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadDalam JKSN, Para Kiai dan santri yang menjadi tujuan utama mereka, mungkin ini sesuai dengan arti sesungguhnya JKSN. Tapi tidak serta merta hal ini membuat JKSN dan TKD hanya menggandeng para Kiai, tokoh agama islam, dan santri saja. “Mereka yang selama ini alumni santri yang punya jarigan dengan Kiai-kiai, dan bukan hanya itu, jadi alumni santri itu kan bisa menjadi pengusaha maupun pemerintah yang memiliki hubungan dengan para Kiai.” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadHal serupa juga disampaikan oleh KH. Roziqi mengenai pendekatan JKSN sebagai tim relawan Jokowi-Kiai Maruf kepada masyarakat, “iya kita ada pendekatan melalui kiai-kiai dan santri-santri, ini yang dimaksud bukan santri-santri yang ada di dalam pondok pesantren, melainkan „mantan‟ santri yang misalnya berprofesi sebagai pengusaha, tokoh-tokoh masyarakat, kita ajak untuk menjaring. mereka-mereka yang membentuk komunitas, yang jadi pengusaha tolong anak buahnya dikoordinir untuk mendukung 01.” Sumber wawancara KH. Roziqi Ditekankan bahwa kerja sama antara JKSN dan TKD tidak hanya Kiai dan santri. Namun, Kiai dan para santri ini memiliki relasi yang luas, baik itu hubungan relasi antara Kiai dengan murid maupun jamaahnya, bahkan para santri dengan sesama para santri, ataupun para ‗mantan santri yang telah menjadi pengusaha dan masuk jajaran pemerintah. Hal tersebut yang bisa dikatakan mampu meraup massa yang nyata untuk mendukung dan mendulang suara Joko Widodo dan KH. Maruf Amin di Jawa Timur. dapat dilakukan penyebaran dari mulut ke mulut, ajakan, dan pemberian instruksi bagi para pengusaha kepada karyawannya. “Ada, seperti yang saya katakan, yang membuat kita menang selain dari kerja kita, seluruh relawan dari berbagai elemen, itu adalah sikap mereka yang menembak langsung Kiai NU dengan tidak menggunakan etika, membuat orang yang selama ini tidak mau datang ke TPS akhirnya merasa harus datang ke tps.” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadKemenangan Joko Widodo adan Kiai Maruf merupakan kemenangan yang Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 206 dirasakan oleh seluruh tim relawan di Jawa Timur, baik TKD, JKSN dan tim lainnya. Seperti kutipan dari penyataan KH. Zahrul Azhar Asad bahwa kemenangan juga disokong dari masyarakat yang kurang menghargai kepada Kiai NU. Sehingga masyarakat lain yang melihat hal tersebut menjadi membangkitkan rasa ingin mereka untuk memilih apa yang selama ini di dukung oleh Kiai NU tersebut yang kurang mendapat perlakuan baik dari pihak lain. Kemenangan itu juga tidak hanya di dapat dari masyarakat muslim, melainkan juga dari masyarakat non-muslim. “Kalau yang non-muslim kita nggak banyak gerak, karena kita jaringan Kiai dan santri, tapi untuk yang non-muslim ada kerjasama, di Surabaya ini ada yang namanya BARKOJ, barisan komunitas Jokowi, isinya orang-orang cina, pengusaha-pengusaha muda, itu mengajak kita kerjasama, ngasih bantuan buah kaos.” Sumber wawancara KH. Roziqi Walaupun pihak JKSN tidak banyak bergerak dengan masyarakat non-muslim, tokoh agama non-muslim, ataupun komunitas yang terdiri dari orang-orang non-muslim, tapi mereka tidak menutup diri. Membuka pintu bagi siapa saja yang ingin membatu kemenangan Jokowi dan Kiai Maruf. Seperti BARKOJ komunitas pendukung Jokowi yang mayoritas pengusaha keturunan Cina yang memberikan bantuan alat peraga kampanye berupa kaos. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk toleransi dan persatuan. Dan segmentasi pemilih TKD dan JKSN merata di seluruh kalangan masyarakat di Jawa Timur. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran Kiai di bersama Tim Kampanye Daerah wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin pada konteks strategi komunikasi politik yaitu sebagai, Opinion Leader, Mediator Politik dan Vote Getter. Dalam hal ini adalah kampanye terutama dalam menyukseskan kemenangan Joko Widodo dan Kiai Maruf, peran Kiai terlihat dalam kegiatan seperti dalam pengajian-pengajian, yang juga dilakukan oleh jaringan Fatayat Muslimat NU oleh JKSN, terdapat juga pertemuan antar Kiai dan tokoh agama. Dan yang menjadi poin penting peran Kiai ini ketika bertatap muka dengan masyarakat, Kiai menyampaikan sosialisasi dan meluruskan mengenai isu negatif yang ditujukan kepada Joko Widodo. Seperti yang diketahui, penyerangan dengan Menggunakan isu SARA , dan politik identitas begitu digoreng untuk memojokkan paslon tertentu yaitu paslon 01, utamanya capres incumbent, yaitu Joko Widodo, dan serangkain pemberitaan negatif tersebut merupakan Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 207 PR bersama bagi TKD Jawa Timur, para Kiai dan Tokoh agama, beserta tim relawan JKSN untuk menangkis isu-isu yang merugikan paslon 01. Dengan menggandeng Kiai dan salah satu tim relawan JKSN yang berbasis Kiai dan santri ini, menggandeng para Kiai di Jawa Timur, Tim Kampanye Daerah wilayah Jawa Timur sebagai tim yang mengkoordinir dan mengkonsolidasi yang kemudian menyerahkan kegiatan kampanye tersebut kepada masing-masing Kiai, begitu juga dengan JKSN memiliki model Silent Majority yang pendekatannya menggunakan Kiai Kampung yang dirasa efektif. Hal ini dilihat karena posisi Kiai yang strategi tidak menutup kemungkinan para Kiai dilirik dan menjalin kerjasama dengan pemerintah maupun tokoh-tokoh politik. Para Kiai dapat menjadi jembatan bagi pemerintah untuk mendapat simpati masyarakat dan menjadi jembatan ketika masyarakat ingin menyampaikan aspirasi atau pendapat terhadap pemerintah dah tokoh politik lainnya. Saran Peran Kiai sebagai aksi kampanye perang darat sangat diperlukkan dan perlu dilaksanakan secara masif terutama di daerah-daerah yang dimana suara Joko Widodo dan Kiai Maruf tertinggal jauh. Lalu kepada pihak yang terkait pada pembahasan yaitu Tim Kampanye Daerah wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan Kiai Maruf yaitu mengenai ketanggapan dalam menangkis isu hoax yang ditujukan pada paslon 01, karena seperti yang disampaikan Sekjen TKD Jawa Timur, bahwasanya pihak TKD kerapkali terlambat dengan bertebarannya konten-konten negative terutama hoax tersebut hingga pada akhirnya hoax itu diterima lebih awal oleh masyarakat, hal seperti ini dapat diatasi dengan dimana Tim TKD tidak hanya mengguakan Kiai sebagai komunikator tetapi juga menggunakan serangan udara dengan klarifikasi di Media Sosial, terutama Twitter dan Instagram, supaya kalangan millenial yang juga masuk pada segmentasi mereka, dan tahu bahwa ada berita hoax yang ditujukan pada Jokowi dan Kiai Ma millenial pun dapat membagikan dengan mudah isi konten tersebut kesesama teman, dan bisa menularkan ke banyak orang. Hal ini dapat pula menjadikan media sosial TKD Jawa Timur lebih hidup, dengan mencantumkan ―fact and hoaxdengan konsep infografik dengan desain grafis yang menarik, sehingga dapat ditangkap juga oleh generasi millennial. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 208 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Zein. 2008. Strategi Komunikasi Politik dan Simbiosa Balai Pengkajian dan PengembanganInformasi. Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik Konsep, Teori danStrategi. Jakrata Rajawali Pres. Cangara, Hafied. 2014. Komunikasi Politik. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu- ilmu Sosial. Jakarta Salemba Humanika. Kiswanto, Heri. 2008. Gagalny Peranan Politik Kiai Dalam MengatasiKrisis Multi Dimensional. Yogyakarta Nawasae Press. Less, Jennifer, Marshment. 2009. Political Marketing Principles and Applications. Routledge. Canada Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Patoni, Achmad. 2007. Peran Kiai Pesantren Dalam Partai Politik. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Purwodarmino. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai PustakaSugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Suwardi, Harsono, Sendjaja, Sasa Djuarsa dan Budi Setio. 2002. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta Galang Press. Suprayogo, Imam. 2007. Kiai dan Politik, Membaca Citra Politik Kiai. Malang UIN Malang Pres. Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan LKis. Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung Simbiosa Rekatama Media. Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Website .2017. Siapa Nahdliyin Itu? Ini Jawaban KH Maimoen Zubair. nahdliyin-itu-ini-jawaban-kh-maimoen-zubair diakses pada 29 Juli 2019 https//kpuJawa Raditya, Iswara N. 2019. Sejarah Hidup Kiai Asep Saifuddin Chalim & Kasus Romahurmuziy. hidup-kiai-asep-saifuddin-chalim-kasus-romahurmuziy- dkfs Diakses pada 29 Juli 2019 Rizky Amalia AzizPeran kiai dalam pemenangan kandidat pemilu menjadi efektif karena ia berperan di dua level, yaitu sebagai konsolidator kekuatan politik di level elit dan sebagai mobilisator suara pemilih di level grassroot. Tulisan ini membahas peran Kiai Yusuf Chudlori sebagai konsolidator jaringan kiai dan mobilisator suara pemilih dalam pemenangan kandidat Jokowi-Ma’ruf pada pilpres 2019 di Kecamatan Tegalrejo. Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus digunakan untuk mengkaji permasalahan ini. Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam, observasi partisipatoris, dan dokumentasi. Kajian ini menunjukkan bahwa Gus Yusuf berhasil mengonsolidasikan jaringan kiai secara gradual sehingga terbentuk kekuatan politik yang stabil. Jaringan kiai ini berfungsi untuk menjangkau massa jamaah secara luas. Di sisi lain, sebagai kiai yang paling berpengaruh secara elektoral di Tegalrejo, Gus Yusuf berperan efektif sebagai mobilisator suara pemilih karena banyaknya pengajian sebagai sarana mobilisasi, kuatnya pengaruh Gus Yusuf dalam kehidupan masyarakat, serta penggunaan metode-metode mobilisasi yang menarik. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pemenangan kandidat Jokowi-Ma’ruf di Tegalrejo menjadi efektif karena Gus Yusuf berperan kolaboratif sebagai konsolidator yang bergerak di level elit dan mobilisator yang bergerak di level akar WadiLaesa DiniatyFahrurrazi FahrurraziDa'wah and technological advances are inseparable, but this is a foothold in the concept of contemporary da'wah that is easily accepted by today's society. The presence of new media is utilized by everyone who has political interests, from politicians, party people even to clerics to convey a politically weighted message. One of them is ustad Abdul Somad's discourse that uses new media to preach and package symbolically politically charged messages. In analyzing ustad Abdul Somad's political discourse on social media, especially YouTube, the author used the knife of norman fairclough's critical discourse analysis theory to dismantle the practice of lecture discourse. The results of this study show that the discourse of Ustadz Abdul Somad lectures has a political content that is discussed in a symbolic way. The clarity of the symbol is part of the message of political communication, because political communication is not only in verbal language but can be packaged with nonverbal language. Ustadz Abdul Somad on the political stage has the legitimacy to give a message that persuades the public of his choice, because Ustadz Abdul Somad is not just a da'i but not apart from social status that easily approaches and mobilizes the community. Therefore, the representation of symbols will form an identity, then the symbolic message delivered will be believed to be a political message because it is spoken in an election year. The discourse of Ustadz Abdul Somad's lectures could not be separated from the political content to influence the community packed with symbolic messages in his lectures. Jennifer Lees-MarshmentSubstantially revised throughout, Political Marketing second edition continues to offer students the most comprehensive introduction to this rapidly growing field. It provides an accessible but in-depth guide to what political marketing is and how it is used in practice, and encourages reflection on how it should be used in the future. Features and benefits of the second edition New chapters on political branding and delivery marketing; Expanded discussion of political public relations, crisis management, marketing in the lower levels of government and volunteer-friendly organizations; Examination of the new research on emerging practices in the field, such as interactive and responsive leadership communication, mobile marketing, co-creation market research, experimental and analytic marketing, celebrity marketing and integrated marketing communications; and Extensive pedagogical features, including 21 detailed case studies from around the world, practitioner profiles, best practice guides, class discussion points, an online resource site and both applied and traditional assessment questions Written by a leading expert in the field, this textbook is essential reading for all students of political marketing, parties and elections and comparative Komunikasi Politik dan PenerapannyaZein AbdullahAbdullah, Zein. 2008. Strategi Komunikasi Politik dan Simbiosa Balai Pengkajian dan Politik. Jakarta PT. Raja Grafindo PersadaHafied CangaraCangara, Hafied. 2014. Komunikasi Politik. Jakarta PT. Raja Grafindo Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja RosdakaryaOnong EffendyUchjanaEffendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja Peranan Politik Kiai Dalam MengatasiKrisis Multi DimensionalHeri KiswantoKiswanto, Heri. 2008. Gagalny Peranan Politik Kiai Dalam MengatasiKrisis Multi Dimensional. Yogyakarta Nawasae Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja RosdakaryaMoleongMoleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai PustakaSugiyonoPurwodarminoPurwodarmino. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai PustakaSugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Demokrasi dan Manajemen KomunikasiSuwardiHarsonoSasa SendjajaDjuarsa Dan BudiSetioSuwardi, Harsono, Sendjaja, Sasa Djuarsa dan Budi Setio. 2002. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta Galang TurmudiTurmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan Kasus Desain dan Metode. Rajagrafindo PersadaRobert K YinYin, Robert K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
kyai sakti jawa timur saat ini